Selasa, 02 Oktober 2012
Berdirinya Dinasti Qing
Dinasti Qing yang didirikan oleh Bangsa Manchu merupakan
dinasti asing di China. Sebagai penguasa pertam, Shunzhi harus berjuang keras
untuk membersihkan negerinya dari sisa-sisa kaum pemberontakan dan menarik
simpati rakyat. Guna memperoleh simpati rakyat, Bangsa Manchu memakamkan kaisar
terakhir Dinasti Ming dalam suatu upacara kehormatan serta memberikan
penghargaan bagi para pejabat yang gugur dalam pemberontakan itu. Pada than
1647, pihak Qing berhasil mengalahkan dan membunuh pimpinan pemberontak lainnya
yang bernama Zhang Xianzhong di Provinsi Sichuan.
Meskipun Bangsa Manchu menyatakan bahwa tujuan mereka
memasuki China adalah demi membalaskan kematian kaisar terakhir Dinasti Ming
dan menyelamatkan negeri itu dari kau pemberontak, tetapi terdapat bukti yang
menyatakan tidak sepenuhnya mulia. Mereka menolak untuk meninggalkan Beijing
dengan alasan bahwa mereka tidak merebutnya dari Dinasti Ming, melainkan mereka
mengamankannya dari kaum pemberontak. Bahkan pada bulan Oktober 1644, mereka
memindahkan ibukota mereka dari Mukden ke Beijing, sehingga secara resmi
mengawali berdirinya Dinasti Qing.
Selanjutnya yang harus dihadapi oleh Dinasti Qing adalah
orang-orang yang masih setia pada Dinasti Ming. Mereka melakukan perlawanan
terhadap bangsa asing itu setelah mengetahui bahwa tujuan bangsa Manchu
sesungguhnya adalah untuk menjajah China. Pada masa awal pemerintahannya bangsa
Manchu hanya bias menguasai China sebelah utara sedangkan sebelah selatan masih
dibawah kekuasaan kaum loyalis Dinasti Ming. Bersamaan dengan itu,
fraksi-fraksi pendukung Dinasti Ming lainnya melakukan perlawanan yang tak
terkoordinasi satu sama lainnya terhadap bangsa Manchu. Ketika semua
pemberontakan ini berhasi dipadamkan, bangkitlah Pangeran Gui, cucu kaisar
Wanli, untuk meneruskan perlawanan terhadap bangsa Manchu di Provinsi
Guangdong. Ia berhasil merebut kembali tujuh provinsi yang terletak di bagian
selatan dan barat laut China pada tahun 1648. Tetapi , pemberontakan ini
kembali harus mengalami kekalahan karena para penghianat yang bekerjasama
dengan bangsa Manchu.
Kaisar Qing |
Pada tahun 1653, ia merampas Xiamen (Amoy) yang terletak di
provinsi pesisir pantai Provinsi Fujian serta menempatkan pangkalannya disana.
Beberapa tahun kemudian, ia mengirimkan pasukannya untuk merebut Nanjing tetapi
gagal. Ketika kedudukan Pangeran Gui makin terdesak, Koxinga mengundurkan
dirinya ke pulau Taiwan yang saat itu diduduki pasukan belanda. Oleh karenanya,
terjadi pertempuran dengan pasukan Belanda untuk merebut itu. Dan pertempuran
tersebut dimenangkan oleh Zheng pada tanggal 1 Februari 1662. Zheng kemudian
menjadi raja di pulau tersebut. Pada tahun yng sama Koxinga wafat, dan
digantikan oleh putranya. Baru setelah Koxinga wafat, Dinasti dapat menaklukkan
pulau tersebut.
Masa
Pemerintahan Shunzhi hingga Qianlong
Kaisar Shunzi |
Kangxi (1661-1722), penguasa kedua Dinasti Qing ini adalah
putra ketiga Shunzhi. Semenjak usia muda, bakat kepemimpinannya sudah terlihat.
Ketika naik tahta ia masih terlalu muda sehingga kendali pemerintahan
dikendalikan oleh Oboi. Tetapi ketika usianya 14 tahun, dengan dukungan
Songgotu, paman permaisurinya yang bernama Raatu Ren, direbutnya kendali
kekuasaan dari tangan Oboi.
Tiga jenderal kawakan dengan dipimpin oleh Wu Sangui
melakukan pemberontakan dan brhasil menguasai sebagian besar wilayah barat dan
selatan China pada tahun 1673. Kangxi melibatkan dirinya secara langsung untuk
memadamkannya.
Hingga saat itu, politik Dinasti Qing melakukan politik
pemisahan antara bangsa Manchu dan Tionghoa. Bangsa Tinghoa yang ditaklukkan
itu dianggap sebagai budak, dimana mereka harus tinggal di tempat terpisah.
Seluruh bangsa Tionghoa diusir dari Manchuria dan lahan mereka banyak yan
disita. Perkawinan campur antara kedua bangsa itu dilarang. Lebih jauh lagi
mereka juga diusir dari kota terlarang disebelah utara dan diharuskan tinggal
di kota “ Tionghoa” di selatan. Kangxi memperlunak politi ini dengan melarang
penyitaan tanah dan memperingan pajak. Sehingga akhirnya meningkatkan pertanian
serta menjamin pendapatan Negara yang stabil. Kaisar berusaha menekan korupsi
dengan menikkan gaji para pejabat.
Karena kecintaannya pada literature China kuno, Kangxi
mengumpulakan para sarjana serta memimpin penulisan sejarahChina termasuk
Dinasti Ming. Ia juga penggemar ilmu pengetahuan, yang mempelajari tentang
cabang ilmu pengetahuan danmusik dari para Yesuit serta menunjuk mereka sebagai
para astronom, dokter dan juru pembuat peta kerajaan.
Penguasa Dinasti Qing ini juga dikenal sebagai seseorang
yang gemar berpergian. Selama pemerintahannya diselenggarakan enam kali
perjalanan besar-besaran ke seantero negeri untuk memperkenalkan dirinya pada
rakya serta melakukan inspeksi berbgai bendungan serta terusan. Kangxi berhasil
pula mengembalikan dominasi China atas Asia Tengah dan Tibet. Pada tahun
1690-an, Kangxi melakukan ekspedisi militer melawan Galdan yang hendak
mendirikan suatu kekaisaran di Asia Tengah. Perbatasannya dengan Rusrhia di
daerah Amur berhasil diamankannya melalui perjanjian dengan pihak Rusia.
Selanjutnya, demi memperkuat perbtasan di wilah barat, dikirimkannya pasukannya
ke Tibet pada tahun 1720. Di ranjang kematiaanya, kaisar Dinasti Qing sibuk
menuliskan prinsip-prinsip pemerintahannya, yang antara lain berbunyi sebagai
berikut :
Berbaik hatilah pada orang yang
dating dari jauh serta dekatkan diri dengan orang yang brkompetensi tinggi,
cukup kebutuhan rakyatmu, (senantiasa) ingatlah keuntungan semua orang, semua
keuntungan sejati, dan pikiran warga seluruh negeri sebgai pikiran sejati,
lindungi Negara sebelum bahaya (benar-benar) datang serta memerintahlah dengan
baik sebelum timbul gangguan, senantiasa rajin dan waspada…94
Masalah suksesi kepemimpinan
membayangi akhir hayat Kangxi. Pada mulanya yang diangkat sebagai putra mahkota
adalah putra keduanya, yang bernama Yinreng, tetapi dikarenakan tindakan tidak
bermoral yang dilakukannya serta usaha unuk menggulingkan kaisar, ia dipecat
dari jabatannya. Kangxi menolak untuk menyebutkan calon penggantinya hingga
saat kematiannya, dimana putra keempatnya Aishingioro Yinchen, menyatakan bhwa
ia yang dipilih.
Yinchen naik tahta dengan gelar
Yongzheng (1723-1735), begitu menduduki singgasana ia dengan cepat berusaha
menyingkirkan lawan-lawannya. Saudara dan pamannya yang dirasa mengancam
kedudukannya dipenjara dan dibunauh. Untuk memperkokoh kekusaannya, ia mengeluarkan
peraturan bahwa seluruh keputusan penting harus disetujui olehnya. Ia mengawasi
para pejabat dengan ketat dan bersedia menganugerahkan penghargaan atas
kesetiaan mereka, ia juga menekankan dan menyebarkan pula nilai-nilai moral
serta memajukan pendidikan. Khawatir akan timbulnya persilisihan di istana
akibat memperebutkan tahta, Yongzheng merahasiakan nama pewaris tahtanya. Ia
menuliskan nama calon tersebut dalam sebuah kotak yang tersegel rapat
dibelakang papan nama peringatan para leluhur yang hnya boleh dibuka setelah
kematiaanya.
Masa Pemerintahan Qianlong
Yongzheng
digantikan oleh putra keempatnya yang bergelar Qianlong (1736-1705). Ia adalah
kaisar keempat dan sekaligus terbesar di dinasti Qing, semasa pemerinthaannya
tidak di ragukan lagi China merupakan Negara terkaya dengan penduduk terpadat
di Dunia. Qianlong banyak melakukan ekspedisi militer untuk menaklukkan
ekspedisi militer untuk menaklukkan negeri-negeri sekitarnya. Seorang bangsa
elit meminta bantuan bantuan Qianlong untuk mendudukkannya sebagai raja.
Seorang jendeal dikirim oleh Qianlong
memimpin ekspedisi militer untuk merebut singgasa bagi orang tersebut. Namun
ternyata, setelah meresa memiliki cukup kekuatan ia memberontak terhadap Dinasti
Qing. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan pada tahun 1757 dan wilayahnya
dimasukkan ke dalam kekuasaan Dinasti Qing.
Masa Pemerintahan Jiajing hingga
Daoguang
Jiajing
(1796-1820) penguasa tertinggi dinasti qing selanjutnya merupakan putra kelima
Qianlong. Antara tahun 1799-1803 Jiajing harus berjuang menghadapi
pemberontakan-pemberontakan yang timbul di daerah China tengah dan selatan.
Pada 1813, kaisar nyaris menjadi korban pembunuhan oleh para pemberontak yang
dibantu kaum Keberi istana. Kaum pemberontak
itu nekat memanjat tembok istana namun berhasil dipergoki oleh putra
kedua kaisar, yang menembak mati beberapa diantaranya.
Perang Candu
Perang
candu pertama terjadi antara tahun 1840-1842 sedangkan keduanya tahun 1856-1860
perang ini dilandasi oleh penyelundupan candu ke China oleh Inggris pada abad
ke 18-19. Ekspor candu (penyelundupan) ke China ini meningkat dengan pesat,
mulai dari 15 ton pada tahun 1730.
Candu-candu diselundupkan melalui laut dengan peti-peti yang masing-masing dapat
memuat 64kg. mebanjirnya candu ke China ini sangat melemahkan rakyat China.
Pada tahun 1799 negara menegaskan kembali larangan impor candu ini. Untuk
mengatasi keadaan memprihatinkan ini, pemerintah China pada 1838 menjatuhkan
hukuman mati bagi bara penyelundup candu local.
Masa Pemerintahan Xianfeng dan
Pemberontakan Taiping
Daoguang
digantikan putra keempatnya, Aishingioro Yichu, ynag bergelar Xianfeng
(1851-1860). Ia penguasa yang lemah dan tidak berpengalaman serta tanpa
kompetensi apapun. Saat itu kerajaan benar-benar sedang dalam keadaan kacau
baik karena pemberontakan di dalam negeri maupun kekalahan terhadap kedigdayaan
bangsa barat. China dapat dikatakan telah berada di bawah kekuasaan mereka dan
dipaksa menandatangani perjanjian yang memberatkan. Karena tidak sanggup menghadapi semua permasalahan itu, kaisar
mengundurkan diri ke istana musim panasnya dan menyerahkan urusan pemerintahan
pada para pejabatnya.
Pemberontakan Nian dan Panthay
Pemberontakan
nian diawali pada tahun 1853 dan bertahan hingga 1868, pusat gerakan ini adalah China utara bagia selatan. Nian
sendiri adalah nama bagi suatu serikat rahasia yang akif di daerah Shandong,
henan, Jiangsu, dan anhui. Anggotanya terdiri dari para bandit dan perampok.
Taktik yang digunakan oleh gerombolan nian adalah perang gerilya. Mereka
didukung oleh mobilitas kavalerinya yang tinggi menghindari bentrokan langsung
dengan pasukan kerajaan dan hanya menyerang saat musuh lengah.
Masa pemerintahan Tongzhi dan Guangxu serta
kekuasaan Cixi
Menjelang
kematian Xianfeng, Cixi mengamankan kedudukan tongzhi (1862-1874). Bangsa China
kni memasuki kancah perpolitikan internasional dengan membuka kementerian
urusan asing dan suatu institute guna mempelajari bahsa asing. Ia menerima duta
besar Jepang, Rusia, Inggris, Prancis, Belanda, dan Amerika serikat. Demi
melanggengkan kekuasaannya, cixi mengangkat seorang kaisar belita berusia 4
tahun dengan gelar Guangxu. Stelah meninggalnya ratu xiao chen, ia melakukan
banyak pemborosan untuk memperindah kota terlarang serta istana musim panas.
Perang China-Jepang
Perang
china-jepang dilatarbelakangi oleh apa yang dinamakan pemberontakan Tonghak.
Pada tahun 1864 pemerintah melarang gerakan keagamaan ini dan menangkap ch’oe.
Karena pelarangan itu, tonghak menjadi semacam gerakan bawah tanah dan berhasil
menarik 100.000 pengikut. Belakangan, orang yang memiliki ambisi politik ikut
bergabung dengannya.
Gerakan Boxer
Sikap
anti- Manchu sering dituangkan dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan rahasia.
Anggota serikat-serikat rahasia itu sering mengklaim bahwa mereka memiliki
kesaktian serta kebal senjata.
Runtuhnya dinasti qing
Gagalnya gerakan boxer membuka
wawasan cixi dan menteri-menterinya yang kolot akan perlunya reformasi
sebagaimana yang dicanangkan oleh Kang Youwei dahulu. Bangsa asing tidaklah
dapat dikalahkandengan kekerasan. Karena itu, pada tahun 1905, suatu pendidika
modern, sebagai ganti sistem lama yang hanya mempelajari kitab-kitab klasik,
diundangkan. Kekalahan demi kekalahanterhdap Bangsa Barat, ketidak-cakapan
kaisar-kaisar terakhirnya dalam memerintah, serta penderitaan rakyat yang
semakin menjadi-jadi pada masa itu, mengakibatkan mengatnya sentiment
anti-machu sehingga timbul berbagai pemberontakan dan gerakan rakyat.
Merembesnya pengaruh pemikiran demokrasi Barat melalui daerah-daerah
ekstrateritorial asing yang sebagian besar pemimpin pembaruan dan pergerakan
berasal dari Cina Selatan.
Menyadari kondisi yang semakin
genting itu, kerajaan menjanjikan dibentuknya Dewan Rakyat. Namun Dewan Rakyat
yang dijanjikan pada tahun1906 itu baru berhasil dibentuk dalam tahun 19010 dn
mengadkan sidangnya yang pertama. Karena adanya ketidakpuasan rakyat ini,
pemberntakan terus saja terjadi. Yang patut dicatat, kaum wanita juga ikut
ambil bagian di dalamnya, seperti Qiu Qin, kepala suatu sekolah wanita, yang
pada tanggal 16 juli 1907 telah melepaskan tiga tembakan pada gubernur yang
mengunjungi sekolah tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar